Chat with us, powered by LiveChat

Senin, 06 Maret 2023

Sepatu Ditukar Makanan



“Lalalalalala….” Terdengar senandung dini di suatu sore yang cerah. Sesekali ia berlari kecil sambil melompat ceria. Hari ini dinibergembira karena dia berulang tahun. Mamanya tadi menghadiahkan uang seratus ribu rupiah, sesuai permintaannya. diniingin membeli sepatu dengan uang tersebut.


dini memang sudah lama ingin membeli sepatu merah muda. Sepatu itu terpajang di etalase toko dekat rumahnya. Sepulang sekolah tadi, dini melihat tulisan potongan harga di toko itu.


Wah, dini tambah bersemangat menuju toko sepatu itu.


“Nah tinggal menyeberang jalan, sampai deh! Tunggu, ya, sepatu, sebentar lagi kau akan menjadi milikku.” Kata dini dalam hati sambil tersenyum.


Baru saja ia akan menyeberang, tiba-tiba ada yang menarik ujung bajunya.


“Kak, minta Kak….. Hari ini saya belum makan.” Terdengar suara lirik anak laki-laki.


dini menoleh. Tampak seorang anak laki-laki berwajah sedih dan lesu. Badannya kurus, hanya ditutupi kaos tipis dan celana pendek kumal.


Kakinya pun tak beralaskan apa-apa. dini melihat anak itu dengan iba. Tetapi ia ingin segera pergi ke toko sepatu, takut sepatu itu dibeli oleh orang lain.

“Oh ya, aku kan punya uang lima ribuan untuk beli es krim,” gumam dini. Tangannya langsung merogoh saku bajunya.


Buru-buru ia memberikan uang itu kepada anak laki-laki itu.


Ketika menerima uang itu, wajah anak itu berubah gembira.


“Terima kasih, Kak!”


“Ya!” teriak dini sambil menyeberang jalan.


Setibanya di depan toko sepatu, dini segera masuk. Matanya langsung melihat sepasang sepatu merah muda berpita.


“Nah, ini dia yang kucari.” Kata dini gembira, sambil membawa sepatu merah jambu itu ke kasir.


Akan tetapi, setiba di depan kasir, dini tak bisa menemukan uangnya. Dengan gugup, diperiksanya semua kantong di bajunya, tetapi nihil.


Dengan wajah merah karena malu, dini akhirnya berkata kepada petugas kasir, “Maaf Mbak, saya enggak jadi beli.”


dini berjalan keluar toko dengan perasaan kecewa. Di depan toko, ada dua anak laki-laki yang menunggu dini. Salah satunya adalah anak pengemis tadi.


“Kakak!” sapa anak yang lebih besar sambil menghampiri dini.


“Terima kasih banyak, Kak! Kakak baik sekali memberikan uang seratus ribu kepada adik saya. Uang ini akan kami pakai untuk membeli makan selama beberapa hari. Juga untuk membeli obat Ibu. Sudah dua hari ini, Ibu kami sakit. Ayah kami sudah lama meninggal. Terima kasih banyak ya, Kak, terima kasih. Semoga Tuhan membalas kebaikan Kakak.” Sahut anak itu sambil menundukkan kepalanya berkali-kali.


“Ooh… yaa…” sahut dini sambil terbengong-bengong. Kemudian kedua anak itu pergi bergandengan meninggalkan dini yang masih tertegun.


Beberapa saat kemudian, dini tertawa sendiri. “Ternyata yang aku kasih tadi itu seratus ribuan, bukan lima ribuan. Pantas saja seratus ribuanku tidak ada! Hahaha…”


Entah mengapa, perasaan kecewa dini tadi langsung hilang, kini ia malah sangat gembira.


Bahkan lebih gembira daripada saat ia menerima uang itu dari Mama tadi. Setiba di rumah, dini segera memeluk mamanya.


“Terima kasih ya, Ma. Selama ini Mama sudah baik pada dini.” Kata dini sambil tersenyum.


Mama yang sedang memasak di dapur, jadi bingung.


“Loh, ada apa, Sayang? Mana sepatu merah mudanya?”


“Sudah aku tukar dengan makanan dan obat, Ma.” Kata dini sambil tertawa.


Mama bertambah bingung. Kemudian dini menceritakan kejadian tadi.


“Menerima itu menggembirakan. Namun, memberi ternyata jauh lebih menggembirakan hati ya, Ma.” Lanjut dini.


“Ah, anak Mama ini. Bertambah usia, ternyata semakin bijaksana.” puji Mama sambil mengusap lembut rambut dini .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tempat Wisata Di Daerah Garut

 Tempat Wisata Di Daerah Garut   Tempat Wisata Di Daerah Garut  Garut adalah sebuah kota di Jawa Barat yang memiliki keindahan alam yang men...